Penyebab Buang Air Kecil Tidak Tuntas, Jangan Anggap Sepele

Buang air kecil tidak tuntas atau retensi urin adalah sebuah kondisi ketika kandung kemih tidak bisa kosong sempurna setelah kamu buang air kecil.1,2,3 Kandung kemih bisa diibaratkan seperti tangki yang menampung urin dari ginjal. Ketika tangki ini penuh, maka urin akan dikeluarkan dari tubuh. Buang air kecil tidak tuntas terbagi menjadi dua yaitu akut dan kronis.1 

Akut artinya terjadi secara tiba-tiba dan kemungkinan dalam tahap parah. Sedangkan kronis adalah terjadi dalam waktu lama. Maka dari itu, jika kamu tiba-tiba mengalami retensi urin padahal sebelumnya baik-baik saja, segera periksakan diri ke dokter. Di sisi lain, retensi urin kronis biasanya terjadi jangka panjang pada orang lanjut usia, terutama wanita.1

Penyebab Kencing Tidak Tuntas

BAK tidak tuntas bisa disebabkan oleh beberapa hal, termasuk adanya sumbatan, konsumsi obat-obatan tertentu, masalah saraf, serta infeksi dan pembengkakan.1 Masing-masing akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

  1. Penyumbatan1,3

Jika sesuatu menyumbat aliran kencing yang melalui kandung kemih dan uretra, maka kencing tidak tuntas sangat mungkin terjadi. Pada pria, sumbatan bisa terjadi ketika kelenjar prostat membengkak sehingga menekan uretra. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan retensi kronis pada pria. 

Pada wanita sumbatan bisa terjadi karena adanya benjolan menekan dinding belakang vagina sehingga saluran kencing menyempit dan akhirnya aliran kencing terhambat. Selain dua hal di atas, sumbatan pada saluran kemih juga bisa disebabkan oleh kencing batu.

  1. Konsumsi obat-obatan2,3

Percaya atau tidak, ternyata konsumsi obat-obatan tertentu juga bisa memicu terjadinya buang air kecil terhambat. Obat-obatan antihistamin dapat mempengaruhi kerja otot kandung kemih sehingga pipis jadi tidak tuntas. Jenis obat-obatan lainnya yang juga mempengaruhi kerja kandung kemih adalah antikolinergik, penurun tekanan darah, antipsikotik dan hormon.

  1. Gangguan sistem saraf2,3

Pengeluaran urin dari tubuh terjadi ketika otak memberikan komando pada otot kandung kemih untuk mengerut sehingga urin terdorong keluar. Kemudian, otak memerintahkan otot spincter di sekitar uretra untuk relaksasi sehingga urin bisa mengalir lancar keluar tubuh. Semua perintah dari otak ini disampaikan oleh sistem saraf. 

Jika terjadi masalah pada sistem saraf, pipis tidak tuntas bisa terjadi. Gangguan sistem saraf tersebut bisa dipicu oleh beberapa faktor, seperti mengalami stroke, diabetes, multipel sklerosis, trauma pada tulang belakang hingga proses melahirkan pervaginam.

  1. Infeksi dan pembengkakan2

Pada pria, infeksi pada prostat dapat memicu pembengkakan. Pembengkakan yang terjadi menekan uretra sehingga menyumbat aliran urin yang keluar tubuh. selain itu, ISK juga berpotensi menyebabkan pembengkakan pada uretra atau kandung kemih melemah dimana kedua kondisi tersebut menyebabkan kencing tidak tuntas. Penyakit menular seksual juga bisa menyebabkan pembengkakan di saluran kemih yang berujung pada pipis tidak tuntas.

Gejala Buang Air Kecil Tidak Tuntas

Sama seperti penyakit lainnya, pipis yang tidak tuntas juga menunjukkan beberapa gejala. Di bawah ini adalah informasinya yang terbagi menjadi dua yaitu retensi urinasi akut dan kronis.

  • Gejala pipis tidak tuntas akut, meliputi keinginan untuk kencing namun tidak ada urin yang keluar, nyeri yang berat di perut bawah, dan pembengkakan pada kandung kemih karena urin yang tertahan di dalamnya.2
  • Gejala pipis tidak tuntas kronis, meliputi rasa ingin pipis yang tidak tertahankan, kencing lebih dari 8 kali sehari, pipis terasa tertahan di tengah proses keluarnya, kencing terus menerus di malam hari, urin keluar sendirinya di siang hari, dan rasa tidak nyaman di pinggul seperti ada yang mengganjal.2

Penanganan dan Pencegahan BAK Tidak Tuntas

Penanganan terhadap kencing tidak tuntas dimulai dari proses diagnosis dokter untuk mengetahui penyebabnya. Pasalnya, penanganan yang diberikan harus sesuai dengan penyebab. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan, meliputi tes prostat pada pria dan pemeriksaan fisik secara keseluruhan bagi pria dan wanita.3

Setelah diagnosis dilakukan, pasien akan diberikan beberapa jenis pengobatan tergantung pada kondisinya, seperti:2

  • Pemberian antibiotik jika ISK menjadi penyebabnya,
  • Terapi fisik untuk malfungsi pelvis,
  • Penggantian obat jika retensi disebabkan oleh konsumsi obat-obatan,
  • Pemasangan kateter untuk mengosongkan kandung kemih,
  • Operasi pada uretra yang menyempit,
  • Operasi untuk mengangkat jaringan prostat yang membengkak,
  • Pemasangan stent untuk mencegah sumbatan pada uretra.

Kabar baiknya, jika belum terjadi retensi urin ini sebenarnya bisa dicegah dengan memperhatikan lifestyle sehari-hari. Biasakan minum air putih secara berkala supaya produksi urin tidak berlebihan dan keinginan pipis dapat dikontrol serta lakukan olahraga seperti senam kegel untuk memperkuat otot spincter.2 Apabila diperlukan, kamu bisa mengonsumsi suplemen yang mengandung Ekstrak Cranberry untuk kesehatan saluran kemihmu. Salam sehat!  

Artikel ini ditinjau oleh:

Team Medical Combiphar

Referensi:

  1. Cleveland Clinic Team. Urinary Retention. Cleveland Clinic. Diakses dari https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15427-urinary-retention.
  2. Tim Jewell. (2021). What Causes Urinary Retention, and How Is It Treated? Healthline. Diakses dari https://www.healthline.com/health/urinary-retention.
  3. Shilpa Amin. (2020). What to know about urinary retention. Medical News Today. Diakses dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/327417.
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *